Thursday, March 29, 2012

I do


"How do you know how much is too much? Too much too soon. Too much information. Too much fun. Too much love, or too much to ask of someone? When is it all just too much for us to bear?"

Aku mematikan DVD Grey's Anatomyku pas setelah Meredith mengucapkan kalimat itu. Aaah, sepi benar apartemen ini. Seperti tak bertuan saja. Padahal apartemen ini berlokasi di jantung kota Jakarta, yang seharusnya riuh dengan suara lalu-lintas jalanan.

"Menikahlah denganku, Jessi."


STOP! Kenapa aku tidak berhenti mengingat peristiwa tadi siang?

-----------------------------------

Dimas sudah duduk di meja di sudut Cafe' Victoria siang itu. Dia memang begitu, selalu on time orangnya. Kebalikan dengan aku.

"Maaaaaafff yaa Dim, udah lama ya?"

"Gak lama kok, buat menunggu gadisku." Dimas bangkit dari duduknya, dan menarikkan kursi untukku. He is such a romantic.

"Iiih kamu ya, kepagian ah kalo mau ngegombal," aku tersenyum.

"Kamu mau pesen yang biasa kan hon?"

"Iya, yang biasa aja." Aku membiarkan Dimas memesankan Cheese Croissant kesukaanku.

Tak lama pesanan kita datang dan kita sibuk mengisi perut dalam diam.

"Dim, tumben siang-siang ngajakin aku makan di sini?"

Dimas hanya diam sambil meraih sesuatu di tasnya dan menyodorkan benda itu ke arahku.

"Menikahlah denganku, Jessi."

Hubunganku dan Dimas sudah hampir 4 tahun, dan aku memang menginginkan sebuah pernikahan dengannya. Tapi sekarang?

"Dimas..aku.."

"Please Jes, setiap tahun aku melamarmu. Setiap tahun juga kamu bilang belum siap. Tapi aku akan selalu melamarmu sampe kamu bilang iya," Dimas memandangku lekat-lekat.

"Boleh aku minta waktu untuk berpikir?"

Dimas tersenyum sambil menjawab, "Hon kamu tau kan, aku selalu memberikan waktu untuk kamu berpikir..seumur hidup."

-----------------------------------------

Aku mencintai Dimas. Aku sayang sama Dimas Haryo Dito. Dan hanya perlu satu kata "Ya" untuk membuatnya dan membuatku bahagia. Tapi tidak semudah itu. Satu kekuranganku yang membuatku belum bisa mengiyakan lamaran Dimas.


Namanya Soni, dia cinta masa laluku..6 tahun yang lalu. Tuhan maafkan aku, tapi kalau saja aku tidak sengaja bertabrakan dengannya di lift Pondok Indah sebulan yang lalu..kenangan itu tidak akan menyeruak masuk kembali.


Tuhan maafkan aku,
aku berhubungan kembali dengan Soni. Dimulai dari nostalgia jaman kuliah kita, bersambung ke acara makan malam berdua, diteruskan ke kencan-kencan berikutnya.


Soni tahu tentang Dimas..
entah kenapa kita tidak pernah membahasnya. Padahal kita tahu, hubungan ini seperti sebuah lingkaran setan. Tak berujung dan memabukkan.


-----------------------------------------


Apakah perlu melakukan sesuatu yang menyakitkan sehingga seseorang tidak ingin berhubungan dengan kita lagi?


Masalahnya,
apakah kita sanggup utk melakukan sesuatu yang menyakitkan itu?


Aku pernah melakukan hal yang menyakitkan itu, dan dia sekarang udah pergi.

Kalo ditanya apakah hidupku baik-baik saja setelah dia gak mau berhubungan lg denganku?
Aku pengen banget bilang iya..tapi hidupku gak sama lagi.
We have hurt each other, but back then at least we together, we stayed closed.

Sekarang kita gak lagi saling menyakitkan,
tapi kita udah pura-pura gak saling kenal lagi.


Itu aku dan Soni, dulu.

Tapi gak akan kalah
oleh kenangan..

Karena aku memang beneran sayang sama Dimas
Aku gak pernah mau pergi dari dia.

Soni masala laluku
Masa depanku..

Dimas Haryo Dito.
I do...

No comments:

Post a Comment